Terkadang tanpa disadari, kita pasti pernah mengiyakan ajakan teman yang sebenarnya tidak ingin kita lakukan. Dan sesaat setelah mengiyakan, entah kenapa baru kepikiran. Kecil kemungkinan orang-orang yang berada disituasi ini akan membatalkan ajakan yang telah ia terima tadi. Tak apa, tak ada yang salah dengan semua itu.
Memang tak masalah dengan semua itu ketika dilakukan sekali atau dua kali, beda cerita apabila ini terjadi terlalu sering. Bahkan akan menjadi masalah serius ketika kita mengiyakan apapun ajakan dari orang lain, dengan kata lain kita tak bisa menolaknya. Kita tak sanggup mengatakan tidak kepadanya. Kita terlalu takut akan perasaan tidak enakan yang timbul setelahnya. Kita terlalu takut kehilangan teman daripada kehilangan diri kita sendiri.
Karena terlalu seringnya kita memikirkan atau mementingkan perasaan orang lain, membuat kita tidak mengetahui apa yang sebenarnya kita inginkan. Orang yang selalu mengalah terhadap orang lain, selalu mengikuti permintaan orang lain, mengikuti pola pikir orang lain, mengikuti ekspektasi orang lain, akan berujung pada kehilangan jati dirinya sendiri, kehilangan tujuan hidupnya sendiri. Ia menjadi terbiasa untuk melakukan apa yang orang lain inginkan, bukan yang dirinya inginkan.
Akan menjadi sangat berbahaya ketika orang yang tidak enakan bertemu dengan orang yang tak tau diri. Bagi mereka yang tak tau diri akan beranggapan bahwa kebaikan yang orang lain lakukan, sudah seharusnya menjadi suatu kewajiban yang dilakukan untuk melayani dirinya.
Apalagi sekarang kita hidup dimana ketika kita tidak bisa berdiri diatas kaki kita sendiri, maka kita akan didorong oleh orang lain, maka kita akan ditindas oleh orang lain. Orang lain akan semena-mena terhadap kita, karena mereka menganggap kita sebagai kelincinya. Mengapa kelinci? Karena kelinci adalah hewan jinak yang tak mampu mengatakan tidak , hewan yang tidak memiliki taring, hewan yang tidak ditakuti.
Oleh karena itu jangan biarkan dirimu menjadi seperti kelinci. Mulailah menumbuhkan taringmu agar orang lain tidak lagi menindasmu. Dan latihlah nyalimu untuk mengatakan tidak, karena mengatakan “tidak” juga butuh keberanian yang lebih.